Rabu, 04 November 2015

RESPON TANAMAN KARET TERHADAP PEMBERIAN ETEPON DAN WAKTU SADAP YANG BERBEDA

Tanaman karet selain sebagai sumber lapangan kerja bagi sekitar 1,4 juta tenaga kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa nonmigas, pemasok bahan baku karet, dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand.Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karetalami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).
Sulih Saptono, dkk. : Respon Tanaman Karet Terhadap Pemberian Etepon dan Waktu Sadap yang Berbeda

Mengingat produktivitas tanaman karet dewasa ini sekitar 1300-1800 kg/ha/th.Salah satu usahanya adalah dengan pemanfaatan teknologi dalam bidang klon tanaman dan pemakaian sistem eksploitasi stimulasi (Sutardi, 1992).
Penggunaan stimulan saat ini sudah banyak diterapkan pada perkebunan milik PTP dan perkebunan besar swasta.Aplikasi stimulan ditujukan untuk mendapatkan peningkatan hasil lateks sehingga tambahan keuntungan bagi pengusaha perkebunan karet bisa diperoleh (Setyamidjaja, 2003).
Jenis stimulan yang sering digunakan adalah etepon (2- chlorethyl phosphonic acid) yang merupakan salah satu kelompok penghasil etilena (Tim Penyusun Penebar Swadaya, 1998). Etilena meningkatkan lama aliran lateks dan meningkatkan aktivitas regenerasi lateks in situ pada tanaman karet (d’Audzac 1989). Hasil penelitian sebelumnya (Kuswanhadi, 2006) menunjukkan bahwa etepon meningkatkan tekanan internal dalam pembuluh lateks dan meningkatkan kondisi fisiologis yang berkaitan dengan aliran lateks dan perubahan dalam pembuluh lateks yang menyebabkan lambatnya penyumbatan aliran lateks. Lama aliran lateks berbanding lurus dengan jumlah lateks yang dihasilkan. Etepon juga menginduksi biosintesis etilena endogenus.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet (Tim Penulis PS, 2008). Penanganan panen (penyadapan lateks) sangat berpengaruh terhadap mutu akhir lateks. Penyadapan lateks yang tidak tepat waktunya dan penangan setelah penyadapan yang tidak benar menyebabkan lateks yang di peroleh bermutu rendah, walaupun teknis budidaya dilakukan dengan baik. Sehingga jika lateks tersebut diolah menjadi produk lain akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah pula (Cahyono, 2010).
Menurut Setyamidjaja (2003), penyadapan sebaiknya dimulai sepagi mungkin. Dalam keadaan normal, penyadapan berlangsung dari pukul 5.30-10.00 pagi.Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil lateks yang tinggi karena pada kondisi tersebut tekanan turgor masih tinggi, sehingga keluarnya lateks dari pembuluh lateks yang terpotong berlangsung dengan aliran yang kuat. Aspek fisiologis ini menjadi salah satu pertimbangan tentang waktu sadap yang tepat, sehingga diperoleh produktivitas yang tinggi.
Kombinasi yang baik antara pemberian perangsang lateks dan waktu sadap yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produksi lateks.
Pembuluh lateks di dalam berkas pembuluh lateks saling berhubungan tetapi antar berkas pembuluh lateks tidak berhubungan.        
Oleh karena itu produksi yang tinggi dapat dicapai dengan cara melakukan penyadapan hingga berkas pembuluh lateksnya banyak terpotong atau terbuka (Siregar, 1995).  Setyamidjaja (2003) mengemukakan bahwa, mengalirnya lateks setelah disadap diidentifikasi sebagai bukti adanya tekanan turgor pada berkas pembuluh lateks.Aplikasi stimulan akan memperpanjang masa pengaliran lateks, meningkatkan jumlah volume panen dan dapat menghambat penyumbatan ujung pembuluh lateks yang terpotong sehingga lateks menjadi lebih lama.
Dengan menggunakan stimulan, frekuensi sadap d/2 menjadi lebih tinggi produksinya bila dibandingkan dengan frekuensi sadap d/1.  Teknologi stimulan telah dikenal lama oleh pelaku agribisnis karet, stimulan yang paling dikenal adalah jenis konvensional berbahan aktif 2-chloroethyl phosponic acid (etepon) dengan
J. Wacana Pertanian Vol. 13 (2) : 69-75, Desember 2014

metode oles melalui carrier air atau crude palm oil (CPO).   Stimulan dapat diaplikasikan dengan beberapa teknik. Untuk bidang sadap bawah diterapkan teknik “groove application” dengan sistem sadap bawah ½ S ?d/2 pada konsentrasi 2,5%. 
Aplikasi dilakukan sehari setelah penyadapan yaitu dengan cara mengerat kulit batang karet terlebih dahulu (scrap) dan mengoles etepon di atas alur sadap sebanyak 0,4-0,5 g/pohon yang diencerkan dengan aquades. Kegiatan ini dilakukan dua minggu sekali atau dua kali dalam sebulan.  Bidang sadap atas digunakan teknik “scrapping application” dengan cara yang sama pada sadap bawah, namun etepon yang diberikan sebanyak 1 g/pohon dan pengencer  yang digunakan adalah CPO (crude palm oil) atau minyak sawit (PT Perkebunan X, 1997).
Bahan aktif etepon yang biasa dipakai untuk stimulan mengeluarkan gas etilen yang jika diaplikasikan akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Gastersebut menyerap air dari sel-sel yang ada di sekitarnya dalam pembuluh lateks. Penyerapan air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diiringi denganderasnya aliran lateks (Heru dan Andoko, 2008).
Berdasarkan penelitian Dasuki (2002), penggunaan etepon pada tanaman karet dapat meningkatkan bobot basah lateks per tanaman per sadap, bobot basah cup lum per tanaman per sadap, bobot kering per petak per sadap, produktivitas kebun dan efisiensi per lebar irisan sadap.
Menurut Nazaruddin dan  Paimin (1998), waktu penyadapan yang baik adalah pada pukul 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya: (a) jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel, (b) tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang, dan (c) pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian etepon dan waktu sadap terhadap produksi latek pada tanaman karet, serta interaksi kedua faktor tersebut.

untuk membaca lebih lengkap silahkan klik Disini 

0 komentar:

Posting Komentar