Wisuda 2014

Foto Bersama Mahasiswa saat wisuda di STIPER Dharma wacana Metro

Sekolah Lapang

sekolah Lapang Tahun 2014

Kuliah Umum

Kuliah Umum bersama Bapak Mentri Zulkifli Hasan

Panitia Wisuda 2012

Panitia Wisuda Tahun 2012

Rabu, 04 November 2015

RESPONS BIBIT KEMIRI TERHADAP PUPUK NITROGEN DAN KALIUM

Saat ini reboisasi dan rehabilitasi lahan merupakan prioritas kegiatan yang harus dilakukan untuk memulihkan daerah-daerah kritis akibat penebangan liar.  Tanaman yang digunakan untuk reboisasi dan rehabilitasi lahan diharapkan tidak hanya menghijaukan daerah yang kritis, tetapi tanaman tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan serbaguna.  Kemiri (Aleurites moluccana Wild.) merupakan salah satu tanaman dengan tajuk yang rimbun, sehingga mampu menekan tumbuhnya gulma.  Selain itu pertumbuhannya cepat, perakarannya dalam, sehingga tanaman ini sesuai untuk dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan dan rehabilitasi lahan (Paimin, 1994).  Menurut Sunanto, 1994, kemiri mampu tumbuh di daerah-daerah yang tanahnya kritis dan miskin unsur hara, sehingga tanaman ini merupakan tanaman pioner yang cocok untuk memperbaiki mutu lahan.

Dengan teknologi yang makin berkembang saat ini, menjadikan tanaman kemiri sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan petani melalui program hutan rakyat.  Karena biji kemiri yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bumbu masak, selain itu minyak kemiri juga dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bahan baku industri, seperti campuran pembuatan cat, pernis, sabun, lilin, kosmetik dan obat-obatan (Sunanto, 1994).  Batok kemiri dapat dimanfaatkan sebagai obat nyamuk bakar tradisional dan untuk arang.  Sedangkan kayunya dapat dimanfaatkan dalam industri kayu lapis, mebel, peti, dan tusuk gigi.  Limbah hasil olahan biji kemiri yang berupa ampas masih dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pakan ternak dan pupuk organik.
Melihat potensi tanaman kemiri yang begitu besar, perlu adanya upaya pengembangan.  Salah satunya dengan menyediakan bibit berkualitas yang menentukan produktivitas tanaman kemiri.

Salah satu usaha untuk mendapatkan bibit bermutu adalah penambahan unsur hara melalui pemberian pupuk.  Diantaranya adalah unsur hara nitrogen (N) dan kalium (K), karena kedua unsur hara ini termasuk unsur hara makro utama yang banyak diperlukan oleh tanaman (Hakim dkk., 1986).

Nitrogen merupakan unsur hara yang banyak dibutuhkan oleh tanaman yang sedang aktif tumbuh, karena N merupakan unsur utama  pembentuk protein, sedangkan protein merupakan senyawa organik utama yang diperlukan tanaman sebagai zat pembangun (Rinsema, 1985).  Tetapi jika pemupukan N dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman sukulen dan Text Box: Krisnarini dan Rakhmiati : Respons Bibit Kemiri Terhadap Pupuk Nitrogen dan Kaliunmudah rebah, dan jika diberikan dengan dosis rendah tidak efektif.Menurut Salisburry dan Ross (1995), tanaman yang terlalu banyak mendapatkan nitrogen mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat, dengan system akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk-akarnya tinggi, pembungaan dan pembentukan biji terlambat pada beberapa tanaman pertanian karena kelebihan nitrogen. Selain N, K juga  merupakan unsur hara yang sangat diperlukan tanaman untuk meningkatkan kegiatan metabolisme, sehingga K sangat berperan dalam proses-proses fisiologis yang terjadi di dalam sel-sel tanaman.  Bahkan K dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan jamur dan kekurangan air (Nyakpa dkk., 1988).  Pada tanaman jagung dan serealia berbiji lainnya yang kekurangan kalium mempunyai tangkai yang lemah dan akarnya lebih mudah terserang organisme pembusuk akar. Kedua faktor ini menyebabkan tanaman lebih mudah rebah oleh angin, hujan, atau badai salju dini (Salisburry dan Ross 1995).

Tanaman kemiri muda sampai dengan umur dua minggu setelah berkecambah masih mampu hidup mengandalkan cadangan makanan yang ada pada keping biji, tetapi setelah lebih dari waktu tersebut cadangan makanan yang ada pada keping biji sudah berkurang (Paimin, 1994).  Untuk pertumbuhan selanjutnya tanaman kemiri mengandalkan unsur hara yang ada di dalam media tumbuh.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis mengkaji kombinasi pemupukan yang tepat bagi tersedianya bibit kemiri yang bermutu.

untuk membaca lebih jelas, silahkan klik  Disini

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) DENGAN PEMBERIAN GIBERELINE BERBAGAI KONSENTRASI DAN PUPUK KANDANG AYAM BERBAGAI DOSIS

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di sektor pertanian khususnya di sektor perkebunan. Salah satu tanaman yang dikembangkan adalah tanaman karet.
Tanaman karet  yang baik didukung dengan bibit yang unggul. Akan tetapi penggunaan bibit unggul pada perkebunan karet rakyat tergolong masih rendah. Sumber bibit unggul pada perkebunan rakyat biasanya berupa bibit cabutan atau bibit dengan mutu yang rendah (Akeifnawati 2007). Penggunaan bibit yang seperti itu, dapat menyebabka produktifitas karet menjadi lebih rendah dibandingkan dengan produktifitas karet yang menggunakan bibit unggul.
Upaya untuk menghasilkan bibit yang unggul dengan kriteria di atas dapat dilakukan dengan perbaikan teknik pembibitan seperti pemberian pupuk kandang dan penggunaan ZPT giberelin sesuai dosis yang diperlukan tumbuhan.
Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan tanah.  Jenis pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik dan anorganik.  Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro.  Pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah.
Pupuk kandang ayam memiliki unsur hara yang lebih banyak dibandingkan pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang ayam mengandung kadar hara nitrogen, fosfor, kalium dan air yang berguna bagi tumbuhan. Pupuk kandang ayam tergolong pupuk dingin yang penguraiannya berjalan sangat lambat sehingga tidak terbentuk panas.
Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperolwh dari Giberella fujikurou atau Fusarium moniliforme, aplikasi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak. Pemberian giberelin dapat mengatur pemanjangan batang (ruas batang), juga pertumbuhan pucuk dan pembentukan buah. Secara umum fungsi giberelin adalah untuk merangsang pertumbuhan merekayasa dan terbentuknya buah tanpa biji (partenokarpi). Pemberian giberelin berfungsi untuk mengatasu kekerdilan akibat mutasi (generic dwaism), mempercepat  proses pertumbuhan, mempercepat proses pembungaan, dan meningkatan produktifitas.
Krisnarini, dkk : Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasitiensis) dengan Pemberian Gibereline Berbagai Konsentrasi
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai kinsentrasi giberelin dan perbandingan pupuk kandang ayam terhadap bibit karet.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bibit karet bila diberi perlakuan gibereline dan pupuk kandang ayam.

untuk membaca lebih lengkap, silahkan klik Disini

RESPON TANAMAN KARET TERHADAP PEMBERIAN ETEPON DAN WAKTU SADAP YANG BERBEDA

Tanaman karet selain sebagai sumber lapangan kerja bagi sekitar 1,4 juta tenaga kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa nonmigas, pemasok bahan baku karet, dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand.Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karetalami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).
Sulih Saptono, dkk. : Respon Tanaman Karet Terhadap Pemberian Etepon dan Waktu Sadap yang Berbeda

Mengingat produktivitas tanaman karet dewasa ini sekitar 1300-1800 kg/ha/th.Salah satu usahanya adalah dengan pemanfaatan teknologi dalam bidang klon tanaman dan pemakaian sistem eksploitasi stimulasi (Sutardi, 1992).
Penggunaan stimulan saat ini sudah banyak diterapkan pada perkebunan milik PTP dan perkebunan besar swasta.Aplikasi stimulan ditujukan untuk mendapatkan peningkatan hasil lateks sehingga tambahan keuntungan bagi pengusaha perkebunan karet bisa diperoleh (Setyamidjaja, 2003).
Jenis stimulan yang sering digunakan adalah etepon (2- chlorethyl phosphonic acid) yang merupakan salah satu kelompok penghasil etilena (Tim Penyusun Penebar Swadaya, 1998). Etilena meningkatkan lama aliran lateks dan meningkatkan aktivitas regenerasi lateks in situ pada tanaman karet (d’Audzac 1989). Hasil penelitian sebelumnya (Kuswanhadi, 2006) menunjukkan bahwa etepon meningkatkan tekanan internal dalam pembuluh lateks dan meningkatkan kondisi fisiologis yang berkaitan dengan aliran lateks dan perubahan dalam pembuluh lateks yang menyebabkan lambatnya penyumbatan aliran lateks. Lama aliran lateks berbanding lurus dengan jumlah lateks yang dihasilkan. Etepon juga menginduksi biosintesis etilena endogenus.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet (Tim Penulis PS, 2008). Penanganan panen (penyadapan lateks) sangat berpengaruh terhadap mutu akhir lateks. Penyadapan lateks yang tidak tepat waktunya dan penangan setelah penyadapan yang tidak benar menyebabkan lateks yang di peroleh bermutu rendah, walaupun teknis budidaya dilakukan dengan baik. Sehingga jika lateks tersebut diolah menjadi produk lain akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah pula (Cahyono, 2010).
Menurut Setyamidjaja (2003), penyadapan sebaiknya dimulai sepagi mungkin. Dalam keadaan normal, penyadapan berlangsung dari pukul 5.30-10.00 pagi.Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil lateks yang tinggi karena pada kondisi tersebut tekanan turgor masih tinggi, sehingga keluarnya lateks dari pembuluh lateks yang terpotong berlangsung dengan aliran yang kuat. Aspek fisiologis ini menjadi salah satu pertimbangan tentang waktu sadap yang tepat, sehingga diperoleh produktivitas yang tinggi.
Kombinasi yang baik antara pemberian perangsang lateks dan waktu sadap yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produksi lateks.
Pembuluh lateks di dalam berkas pembuluh lateks saling berhubungan tetapi antar berkas pembuluh lateks tidak berhubungan.        
Oleh karena itu produksi yang tinggi dapat dicapai dengan cara melakukan penyadapan hingga berkas pembuluh lateksnya banyak terpotong atau terbuka (Siregar, 1995).  Setyamidjaja (2003) mengemukakan bahwa, mengalirnya lateks setelah disadap diidentifikasi sebagai bukti adanya tekanan turgor pada berkas pembuluh lateks.Aplikasi stimulan akan memperpanjang masa pengaliran lateks, meningkatkan jumlah volume panen dan dapat menghambat penyumbatan ujung pembuluh lateks yang terpotong sehingga lateks menjadi lebih lama.
Dengan menggunakan stimulan, frekuensi sadap d/2 menjadi lebih tinggi produksinya bila dibandingkan dengan frekuensi sadap d/1.  Teknologi stimulan telah dikenal lama oleh pelaku agribisnis karet, stimulan yang paling dikenal adalah jenis konvensional berbahan aktif 2-chloroethyl phosponic acid (etepon) dengan
J. Wacana Pertanian Vol. 13 (2) : 69-75, Desember 2014

metode oles melalui carrier air atau crude palm oil (CPO).   Stimulan dapat diaplikasikan dengan beberapa teknik. Untuk bidang sadap bawah diterapkan teknik “groove application” dengan sistem sadap bawah ½ S ?d/2 pada konsentrasi 2,5%. 
Aplikasi dilakukan sehari setelah penyadapan yaitu dengan cara mengerat kulit batang karet terlebih dahulu (scrap) dan mengoles etepon di atas alur sadap sebanyak 0,4-0,5 g/pohon yang diencerkan dengan aquades. Kegiatan ini dilakukan dua minggu sekali atau dua kali dalam sebulan.  Bidang sadap atas digunakan teknik “scrapping application” dengan cara yang sama pada sadap bawah, namun etepon yang diberikan sebanyak 1 g/pohon dan pengencer  yang digunakan adalah CPO (crude palm oil) atau minyak sawit (PT Perkebunan X, 1997).
Bahan aktif etepon yang biasa dipakai untuk stimulan mengeluarkan gas etilen yang jika diaplikasikan akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Gastersebut menyerap air dari sel-sel yang ada di sekitarnya dalam pembuluh lateks. Penyerapan air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diiringi denganderasnya aliran lateks (Heru dan Andoko, 2008).
Berdasarkan penelitian Dasuki (2002), penggunaan etepon pada tanaman karet dapat meningkatkan bobot basah lateks per tanaman per sadap, bobot basah cup lum per tanaman per sadap, bobot kering per petak per sadap, produktivitas kebun dan efisiensi per lebar irisan sadap.
Menurut Nazaruddin dan  Paimin (1998), waktu penyadapan yang baik adalah pada pukul 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya: (a) jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel, (b) tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang, dan (c) pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian etepon dan waktu sadap terhadap produksi latek pada tanaman karet, serta interaksi kedua faktor tersebut.

untuk membaca lebih lengkap silahkan klik Disini 

PEMANFAATAN TITHONIA DAN AZOLLA UNTUK MENINGKATKAN HASIL JAGUNG MANIS ORGANIK

Kebutuhan pasar yang meningkat dan harga yang tinggi merupakan faktor yang dapat merangsang petani untuk dapat mengembangkan usahatani jagung manis.  Prospek jagung manis organik di masa mendatang mempunyai peluang usaha yang sangat baik, karena kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi sumber makanan yang sehat dan bergizi semakin meningkat.  Mereka bukan hanya memperhatikan porsi yang ideal dan makanan yang baik dan sehat saja akan tetapi turut memperhatikan dan peduli tentang suatu proses produksi dan dampaknya (Bakrie, 2008).
Hasil produksi dari pertanian organik ternyata lebih bermutu dibanding dengan budidaya pertanian biasa.  Beberapa kriteria yang mempunyai nilai lebih antara lain rasa lebih enak, lebih awet disimpan, warnanya lebih menarik dan lebih sehat karena tidak mengandung residu bahan-bahan kimia.
Unsur hara P merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang sering dijumpai pada tanah masam.  Jasad renik yang dapat meningkatkan ketersediaan P untuk tanaman salah satunya adalah mikoriza.  Mikoriza adalah sejenis kapang  yang menggambarkan suatu bentuk hubungan simbiotik mutualistik antara spesies jamur dengan akar tanaman (Schinner et al., 1996 dalam Vedca, 2009).  Mikoriza mampu menyerap P pada konsentrasi yang sangat rendah di mana akar tanaman (yang tidak terinfeksi mikoriza) tidak mampu menyerapnya.  Semakin rendah konsentrasi P dalam larutan tanah, maka peranan mikoriza semakin efektif.  Pemilihan tanaman yang perakarannya berpotensi tinggi terinfeksi mikoriza sangat dianjurkan sebagai tanaman pagar, untuk membantu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P. Salah satu tanaman yang perakarannya berpotensi tinggi terinfeksi mikoriza adalah pupuk hijau tithonia (Tithonia diversifolia A. Gray).
Azolla mampu menambat N2 dari udara karena berasosiasi dengan sianobakteri (Anabaena azollae) yang hidup di dalam rongga daun Azolla.  Kemampuan Azolla mengikat   N2 dari udara berkisar antara 400 – 500 kg N/ha/tahun.  Azolla berkembang sangat cepat dan dapat menghasilkan biomassa sebanyak 10-15 ton/ha dengan C/N ratio 12 – 18, sehingga dalam waktu 1 minggu Azolla telah terdekomposisi dengan sempurna.
Tanaman Azolla juga bisa menggantikan pupuk kimia seperti urea dan NPK.  Nitrogen yang merupakan unsur utama pupuk urea ini merupakan unsur terbesar (80%) dari udara, sehingga Azolla bisa menggantikan 100% pupuk urea (Vedca, 2009)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tanaman jagung manis bila diberi perlakuan tithonia dan azolla.

untuk selengkapnya silahkan baca Disini