Selasa, 26 Mei 2015

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit dengan cara pemberian dan jenis fungi Mikoriza Arbuskular yang berbeda

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia.  Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (KPO) ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang tersebar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya (Fauzi dkk., 2012).
Menurut Sanchezs (1992) yang dikutip oleh Ali dkk. (1995), tanah PMK mempunyai tingkat kesuburan rendah disebabkan oleh kemasaman yang tinggi atau pH rendah, kandungan unsur N, P, K, Ca, Mg, S, dan Mo rendah, serta kandungan unsur Al, Fe, dan Mn tinggi sehingga berbahaya bagi pertumbuhan tanaman.
Salah satu upaya untuk meningkatkan serapan dan efisiensi  penyerapan unsur hara terutama P pada tanah Ultisol adalah dengan pemanfaatan jasad renik tanah, antara lain menggunakan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA).  Pemberian FMA adalah salah satu cara untuk dapat meningkatkan serapan P sehingga akan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan P.  Pemberian FMA bukan meningkatkan jumlah P dalam tanah, tetapi berfungsi memperbesar (memperluas) tapak serapan hara tanaman terutama hara P melalui hifa eksternalnya (Ali dkk., 1995). 
Arsitektur perakaran bibit kelapa sawit yang diinokulasi FMA lebih baik dibandingkan dengan bibit yang tidak  diinokulasi.  Peningkatan sistem perakaran merupakan salah satu mekanisme bibit kelapa sawit berFMA dalam meningkatkan serapan P dan pertumbuhan tanaman (Widiastuti dkk., 2003).
  Peningkatan sistem perakaran merupakan salah satu mekanisme bibit kelapa sawit berFMA dalam meningkatkan serapan hara dan pertumbuhan tanaman.  Sistem perakaran yang bagus akan menyebabkan volume tanah yang dapat dieksplorasi oleh akar untuk menyerap air dan unsur hara menjadi lebih tinggi
Akar merupakan organ penting untuk menunjang pertumbuhan tanaman karena fungsinya dalam penyerapan hara, air, dan penopang tegaknya tanaman. Lynch (1995) yang dikutip oleh Widiastuti (2003) mengemukakan bahwa arsitektur akar merupakan aspek penting dalam produktivitas tanaman.
Akar tumbuhan yang diselimuti miselium hasil simbiosis dengan FMA menjadikan tanaman tahan terhadap menipisnya persediaan air di dalam tanah sementara unsur hara pada tanah tetap terpelihara. Adanya FMA juga mempermudah penyerapan unsur hara oleh akar tanaman, dan menghemat penggunaan pupuk.  Akar tanaman yang diselimuti FMA juga tahan terhadap serangan penyakit akar.Simbiosis FMA dengan akar dapat meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur hara makro, terutama unsur fosfat (P), maupun unsur hara mikro dari dalam tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan (Gunawan, 1993). 
Produksi pupuk hayati atau inokulan FMA di Indonesai umumnya menggunakan bahan pembawa anorganik berupa pasir, mineral lempung atau zeolit (Prematuri dan Faiqoh, 1999).
Kelapa sawit adalah tanaman yang secara alami bersimbiosis dengan FMA (Widiastuti dkk., 2002).  Namun, keefektifan simbiosis secara maksimal seringkali bervariasi.  Untuk itu, diperlukan teknologi pembibitan kelapa sawit yang berkualitas untuk menunjang agribisnis kelapa sawit yang berkelanjutan.  Sumber inokulum FMA memiliki kemampuan menginfeksi akar yang berbeda,  jenis FMA memiliki kemampuan yang berbeda-beda di dalam membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga pemilihan cara pemberian dan jenis FMA yang benar-benar kompatibel dengan bibit tanaman sawit perlu dilakukan. 

Tujuan penelitian yaitu menentukan (1) cara pemberian FMA terbaik untuk pertumbuhan bibit; (2) jenis FMA terbaik untuk pertumbuhan bibit; (3) apakah respons bibit terhadap cara pemberian  FMA ditentukan oleh jenis FMA; 4) kombinasi perlakuan yang paling baik untuk pertumbuhan bibit.
untuk membaca jurnal silahkan klik disni

0 komentar:

Posting Komentar